Fenomena ekonomi bubble burst diduga sedang melanda industry start up di Indonesia. Fenomena pertumbuhan ekonomi ini terjadi dengan munculnya banyak perusahaan start up di Indonesia. Istilah bubble burst merujuk pada gelembung ekonomi dimana terjadi ekskalasi atau pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi namun juga diiringi dengan kejatuhan yang sangat cepat.
Jika menengok fenomena bubble burst di Indonesia, ini sepertinya terjadi di kalangan start up yang timbul tenggelam. Banyak startup muncul tetapi tidak sedikit yang akhirnya terpaksa harus gulung tikar. Perusahaan ini banyak merekrut karyawan lewat strategi bakar uang meskipun mereka juga banyak melakukan PHK di sisi lain.
Kabar terbaru start up edutech Zenius melakukan PHK pada 200 lebih karyawan. Fenomena ini adalah efek dari bubble burst atau LinkAja yang juga melakukan hal serupa. Sebelumnya, ada cukup banyak perusahaan start up yang berkembang dengan pesat lalu bangkrut dan akhirnya angkat kaki dari Indonesia karena masalah uang.
Baca juga: Pilihan Pendanaan Untuk Meningkatkan Modal StartUp Untuk Bisnis Anda
Contents
Daftar Startup yang Melakukan PHK
1. Robinhood
Aplikasi investasi ini memangkas 300 karyawan di akhir April lalu. CEO Vlad Tenev menulis untuk meningkatkan beberapa hal, yaitu perusahaannya harus melakukan perubahan. Pertumbuhan karyawan perusahaan juga cukup signifikan yaitu dari 2019 hanya 700 orang menjadi hampir 3800 karyawan pada tahun 2021.
2. Cameo
PHK yang dilakukan oleh Cameo berselang setahun setelah perusahaan menyandang status unicorn. Jumlah pekerja yang diPHK adalah 87 karyawan. Kebijakan ini berdampak pada seluruh organiassi, termasuk beberapa anggota C Suite.
3. Thrasio
Thrasio melakukan PHK pada 20% pegawainya. Perusahaan brand aggregator ini juga mengumumkan penggantian CEO.
4. Netflix
Netflix menghentikan staf editorial perusahaan media miliknya hanya 5 bulan setelah diluncurkan. Tech Crunch melaporkan bahwa 25 orang terdampak oleh PHK ini tetapi perusahaan memastikan tidak memiliki rencana untuk menutup Tudum.
5. Zenius
Di Indonesia, ada Zenius yang memangkas 200 karyawannya. Perusahaan mengatakan bahwa langkah tersebut diambil karena dampak kondisi makro ekonomi terburuk yang terjadi dalam beberapa decade.
6. LinkAja
LinkAja melakukan reorganisasi sumber daya manusia (SDM) karena dampak pada perubahan fokus serta tujuan bisnis. Pihak perusahaan mengatakan bahwa jumlah pegawai yang terdampak reorganisasi jauh lebih sedikit dibandingkan yang dikabarkan.
7. JD ID
JD ID menjadi salah satu start up yang terkena kabar PJK. Director General Management JD ID, Jenie Simon mengatakan bahwa pihaknya sedang mengambil keputusan seperti tindakan restrukturisasi di dalamnya juga ada pengurangan jumlah karyawan.
Baca juga: Deretan Startup Unicorn Indonesia Yang Harus Diketahui
Strategi Mencegah Startup Bubble
No | Strategi Mencegah Startup Bubble |
1 | Evaluasi ulang target pasar |
2 | Mengubah bisnis model jika terindikasi tidak memiliki prospek yang kompetitif |
3 | Melakukan inovasi produk ataupun layanan |
4 | Melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak yang potensial |
5 | Menurunkan target pertumbuhan dengan wajar |
6 | Prioritaskan memperkuat tim manajerial yang solid |
Tahapan Terjadinya Startup Bubble
Penelitian yang dilakukan oleh Hyman P. Minsky (ekonom Amerika Serikat) membantu menjelaskan perkembangan ketidakstabilan keuangan serta memberikan penjelasan mengenai karakteristik krisis keuangan. Lewat penelitiannya, Minsky mengindentifikasi lima tahapan dalam siklus kredit yang khas. Sedangkan teorinya sebagian besar berada di bawah radar selama beberapa puluh tahun, subprime mortgage tahun 2008 memperbarui minat dalam formulasinya yang juga membantu menjelaskan beberapa pola sebuah gelembung.
Berikut in beberapa tahapan yang dimaksudkan:
1. Pemindahan
Tahapan ini terjadi ketika investor mulai melihat paradigma baru seperti produk atau teknologi baru atau suku bunga rendah secara historis. Pada dasarnya, ini bisa berupa apa saja yang menarik perhatian mereka.
2. Ledakan
Harga mulai naik kemudian mereka mendapatkan lebih banyak momentum karena lebih banyakk investor memasuki pasar. Ini memberikan panggung untuk booming. Ada perasaan gagal untuk terjun secara keseluruhan sehingga lebih banyak orang mulai membeli asset.
Baca juga: Peluang Bisnis Startup: Inilah Tren Bisnis Startup Terbaru
3. Euforia
Ketika euphoria melanda dan harga asset meroket, maka bisa dikatakan bahwa kehati-hatian dari pihak investor sebagian besar diabaikan.
4. Profit-Taking
Mencari tahu kapan gelembung akan meledak tidaklah mudah. Sekali gelembung sudah pecah maka itu tidak akan mengembang lagi. Namun siapa saja yang bisa mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dini akan menghasilkan uang dengan menjual kepemilikannya.
5. Panik
Harga asset berubaha arah lalu turun, kadang secepat ketika mengalami kenaikan. Investor ingin melikuidasi mereka dengan harga berapa saja. Harga asset turun karena penawaran lebih ebsar dari permintaan.