Invasi Rusia pada Ukraina secara langsung akan mengancam gangguan rantai pasokan yang sebelumnya telah terdiprupsi akibat COVID-19. Sekalipun kedua negara tersebut hanya menyumbang sedikit proporsi impor negara manufaktur besar seperti Jerman atau Amerika Serikat namun keduanya adalah produsen bahan mentah dan energi yang penting untuk banyak rantai pasokan yang krusial.
Dampak ekonomi tentu hanya menjadi sekunder dari krisis kemanusiaan yang mengancam nyawa warga Ukraina. Tetapi meskipun demikian, negara-negara di dunia juga harus mewaspadai potensi dampak ekonomi dari konflik panas ini, khususnya yang berkaitan dengan pasokan komoditas. Jika perang antara Rusia dan Ukraina berbuntut panjang, setidaknya ada beberapa komoditas yang terkena imbas.
Baca juga: Ingin Bisnis Pertanian? Cek Website-Website Ini
Contents
Pasokan Komoditas Penting yang Terganggu Akibat Perang Rusia-Ukraina
Berikut ini beberapa komoditas yang akan terganggu pasokannya jika terjadi perang antara Rusia dengan Ukraina:
1. Energi
Beberapa negara di Eropa yang bergantung pada supply gas dari Rusia yang disalurkan melalui beberapa pipa penting. Ini bisa mempengaruhi pendekatan Eropa pada krisis yang terjadi. Ketergantungan terhadap gas dari Rusia disinyalir sebagai factor yang membuat negara-negara Eropa enggan mengeluarkan Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT, terlepas dari keputusan Jerman untuk menangguhkan pipa gas Nord Stream 2 yang bertempat di daerah Baltik.
Sekalipun penghentian aliran gas dari Rusia ke Eropa benar-benar sangat tidak mungkin dilakukan tetapi gangguan supply yang kecil bisa menimbulkan dampak yang signifikan. Saat ini, cadangan gas global cukup rendah akibat pandemic dan berujung pada lonjakan harga energi yang berdampak bagi konsumen dan industry.
Dengan posisi gas sebagai komoditas penting dalam rantai pasokan, maka timbulnya gangguan bisa mengakibatkan konsekuensi ekonomi yang cukup luas. Saat harga meningkat dengan tajam pada 2021, maka Inggris terpaksa menutup beberapa pabrik pupuk karena biaya energi yang tinggi.
Ini tentunya turut mempengaruhi kurangnya pasokan karbon dioksida yang esensial untuk berbagai aktivitas lintas sector seperti prosedur medis dan penyimpanan makanan. Konsekuensi serupa sangat mungkin terjadi dengan kenaikan harga minyak serta gas. Suplai energi Indonesia berasal dari impor.
2. Pangan
Harga pangan global melambung selama tahun 2021 karena berbagai factor yang mempengaruhi seperti tingginya harga energi sampai dengan perubahan iklim. Produsen makanan kemungkinan besar akan berhadapan dengan tekanan yang lebih besar karena kenaikan harga input utama atau harga yang mempengaruhi biaya produksi.
Rusia dan Ukraina memberikan sumbangan lebih dari seperempat ekspor gandum dunia sedangkan produksi minyak bunga matahari Ukraina berkontribusi pada lebih dari setengah ekspor global komoditas tersebut. Keduanya menjadi komoditas yang banyak digunakan dlaam berbagai produk makanan.
Kalau panen dan pengolahan kedua komoditas terhambat karena perang atau jalur ekspor terhambat maka importir akan kesulitan mencari supplier pengganti.
Fakta-Fakta Ekonomi Perang Rusia Ukraina
No | Fakta-Fakta Ekonomi Perang Rusia Ukraina |
1 | Emas dan minyak Brent lebih diminati |
2 | Investor merasa gelisah |
3 | Harga emas semakin mahal |
4 | Rantai pasok komoditas Rusia Ukraina terganggu |
5 | Indonesia berpeluang memanfaatkan kelangkaan komoditas untuk ekspor |
6 | Harga batu bara turun drastic |
3. Transportasi
Perang bisa menimbulkan gangguan yang lebih besar pada transportasi global yang telah tersungkur karena adanya pandemic. Mode transportasi akan terpengaruh khususnya adalah Angkatan laut dan kereta api. Angkutan kereta api yang menghubungkan antara Cina dengan Eropa sudah terbangun sejak tahun 2011.
Belakangan ini, jalur tersebut mencapai perjalanan yang ke 50.000. Sedangkan kereta api hanya membawa sebagian kecil dari total pengiriman barang antara Asia dengan Eropa. Moda transportasi tersebut terus berkembang dan memainkan peranan penting selama gangguan transportasi akibat pandemic.
Dengan keberlangsungan perang, rute kereta dialihkan dari Ukraina. Sekalipun pengamat optimis bahwa disrupsi bisa terjaga pada level minimum namun negara semacam Lithuania terpaksa mengantisipasi terpaparnya lalu lintas kereta api akibat sanksi terhadap Rusia. Sementara di transportasi laut, si pemilik kapal menghindari rute perjalanan Laut Hitam bahkan sebelum invasi terjadi.
Banyak penyedia layanan asuransi yang menuntut perusahaan pengiriman lewat jalur laut untuk memberikan kabar kalau harus melewati rute tersebut. Sekalipun pengiriman container di Laut Hitam memiliki segmen yang relatif kecil dalam skala global namun salah satu jalurnya berpengaruh besar pada impor dan ekspor Ukraina.
Negara-negara di dunia harus berhadapan dengan kenaikan harga barang dan jasa sebagai imbas peningkatan harga serta ekspedisi. Selain itu, ada juga ancaman serangan siber yang bisa menyasar rantai pasokan global. Karena perdagangan sangat tergantung pada pertukaran informasi secara online maka satu serangan siber yang mengancam jalur pelayaran atau infrastruktur lain dalam rantai pasokan bisa menimbulkan efek riak yang berdampak sangat besar.
Baca juga: Bisnis Yang Menjanjikan Ketika Wabah Corona
4. Logam
Rusia dan Ukraina adalah produsen terbesar logam seperti tembaga, besi dan nikel. Keduanya juga terlibat dalam ekspor dan pembuatan bahan baku penting lain seperti palladium, platinum dan neon. Kekhawatiran terhadap sanksi ekonomi terhadap Rusia mendorong kenaikan harga komoditas logam ini. Misalnya harga palladium yang mengalami kenaikan 80%. Paladium adalah komponen dari berbagai jenis barang seperti tambalan gigi, sistem pembuangan otomotif sampai dengan ponsel.
Sedangkan harga nikel dan tembaga yang masing masing digunakan dalam produksi manufaktur dna bangunan juga naik pesat. Industri penerbangan yang ada di Amerika Serikat, Eropa dan Inggris juga bergantung pada pasokan titanium Rusia. Perusahaan penerbangan Boeing dan Airbus mulai mendekati supplier lain.
Tetapi pangsa pasar dan basis produk supplier terkemuka Rusia membuat diversifikasi sulit dilakukan khususnya mengingat produsen penerbangan sudah menandatangani kontrak jangka panjang sampai tahun 2028.
Produsen harus mengantisipasi gangguan serta kelangkaan supply berbagai material ini yang kemungkinan akan mengarah pada kenaikan harga pada berbagai produk dan jasa.
Baca juga: Oligarki Masih Jadi Budaya Politik Di Indonesia
5. Microchip
Kelangkaan microchip menjadi masalah besar sepanjang 2021. Sebagian analis memprediksi bahwa persoalan ini akan reda pada tahun 2022. Tetapi perkembangan terkini menurunkan optimism tersebut. Sebagai bagian dari sanksi terhadap Rusia, Amerika Serikat mengancam untuk berhenti memberikan supply micropchip dari Rusia. Namun ancaman ini menjadi tidak efektif mengingat Rusia dan Ukraina adalah eksportir kunci dari neon, palladium dan platinum yang merupakan komponen penting bagi produksi microchip.
90% neon yang digunakan untuk litografi chip berasal dari Rusia. 60% di antaranya dimurnikan oleh satu perusahaan di Odessa. Sumber-sumber alternatif akan membutuhkan investasi jangka panjang sebelum bisa memasok pasar global.
Saat ini, produsen memiliki kelebihan pasokan yang dapat memenuhi kebutuhan global untuk dua sampai dengan empat pekan ke depan tetapi gangguan supply yang berkepanjangan yang disebabkan oleh aksi militer di Ukraina akan sangat berpengaruh pada produksi semi konduktor dan produk yang bergantung padanya, termasuk mobil.