Ada orang yang memiliki banyak harta namun mentalnya masih miskin. Itulah mengapa harta banyak yang sudah dimiliki akhirnya habis begitu saja karena hanya digunakan untuk foya-foya. Tapi ada juga yang sekalipun kondisi finansialnya masih kekurangan, telah memiliki mental kaya. Untuk jenis yang seperti ini, tinggal masalah waktu saja sampai dia akan mencapai impiannya.
Seberapa banyak harta yang dimiliki mental kaya vs mental miskin sering menjadi bahan perbincangan dewasa ini. Orang dengan mentalitas miskin akan cenderung merasa kekurangan dan tidak bersyukur. Mentalitas miskin memikirkan cara menjadi kaya tanpa harus menunjukkan gengsi atau sibuk terlihat mampu. Lantas bagaimana membedakan mental kaya dan mental miskin?
Contents
Apa itu Mental Kaya?
Arti dari mental kaya bukan berdasarkan harta atau gaya hidup yang cenderung hedonis atau mementingkan duniawi tetapi justru mengacu pada sudut pandang, pemikiran dan pengambilan keputusan seseorang atas hidupnya. Mental kaya adalah mentalitas atau sikap yang senantiasa membiasakan diri untuk merencanakan keputusan terkait finansial sehingga di masa depan dapat meraih kestabilan dalam hidup. Ini adalah cara menjadi orang kaya.
Sehubungan dengan itu, contoh mental kaya adalah saat ada tren pakaian di antara masyarakat, pemilik mentalitas jenis ini tidak memprioritaskan pembelian barang yang serupa jika hal tersebut bukan merupakan kebutuhan.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh OCBC NISP menemukan fakta terkait dengan bagaimana masyarakat Indonesia mendefinisikan tentang kaya. Pendapat mereka terbelah menjadi dua. Pertama, mereka yang mendefiniskan kaya berhubungan dengan produk investasi memiliki skor index yang lebih tinggi (lebih sehat) sebesar 41,17. Kedua, mereka yang mendefinisikan kaya berkaitan dengan produk non investasi (rumah mewah, fashion, dianggap trepandang dan sebagainya) memiliki skor index rendah yaitu sebesar 39,92.
Apa itu Mental Miskin?
Berbanding terbalik dengan mentalitas kaya, mental miskin adalah sikap yang cenderung mengikuti arus tren dan menghabiskan banyak uang untuk kebutuhan di luar kebutuhan pokok. Selain memikirkan berbagai barang baru, sikap mental miskin cenderung menaruh kepentingan besar pada pendapat dan ingin memberikan kesan tertentu terhadap masyarakat di sekelilingnya.
Untuk itu, sering terjadi transaksi pembelian yang tidak terencana. Salah satu aksi yang menjadi contoh mental miskin yaitu pembelian barang mendadak saat akan menyambut perayaan hari besar seperti Hari Raya atau Natal tetapi sebagai dampak dari pengeluaran dana berikut, kerap terjadi utang dan cicilan.
Apa Beda Mental Kaya vs Mental Miskin?
Pemahaman tentang mental kaya vs miskin memang masih menjadi polemic di kalangan masyarakat. Ini terjadi karena munculnya istilah tersebut yang sering dihubungkan secara langsung dengan kondisi finansial seseorang. Lalu apa bedanya? Ini penjelasannya.
1. Preferensi Barang
Kalau dilihat dari preferensi barang, mental kaya vs mental miskin memiliki perbedaan yang cukup terlihat. Maksud dari pemilihan produk di sini adalah berhubungan dengan merk dan fungsinya. Biasanya, sikap mental kaya cenderung memprioritaskan fungsi dibandingkan dengan merk barang. Pilihan tersebut didukung atas kebutuhannya pada waktu tertentu dan terkait nominal pengeluaran uang.
Sedangkan dalam hal ini, sikap mental miskin lebih memilih menitikberatkan merk barang dibandingkan dengan fungsinya karena punya tujuan agar terus berkesinambungan dengan tren masyarakat. Sebagai contoh mental kaya vs miskin, misalnya salah satu merk ponsel terkenal meluncurkan produk baru yang sebenarnya tidak punya perbedaan besar dengan jenis sebelumnya.
Dalam kasus ini, sikap mental kaya akan lebih memilih tidak mengganti ponseknya sedangkan mental miskin akan mengambil tindakan buru-buru untuk membelinya.
Keuntungan Memiliki Mental Kaya
No | Manfaat Punya Mental Kaya |
1 | Resilien |
2 | Mandiri |
3 | Adaptif |
4 | Kreatif |
5 | Fokus |
6 | Percaya diri |
7 | Berani mengambil resiko |
2. Nilai dan Tujuan Uang
Fenomena mental kaya vs mental miskin selanjutnya berhubungan dengan nilai dan tujuan uang. Seringkali dipahami bahwa orang yang ada di kelas atas dalam jajaran kekuatan ekonomi pastinya memiliki sifat foya-foya. Padahal kalau membahas mental kaya vs mental miskin di luar kondisi finansialnya, maka sikap yang mengarah ke mental miskin justru lebih banyak menghabiskan uang.
Memiliki mental miskin menyebabkan kemunculan tujuan berbeda ketika menggunakan uang. Biasanya, arti dari harta tersebut adalah untuk pamer atau menciptakan citra atas kemampuan finansial.
Tujuan tersebut berdampak pada nilai uang sehingga harta tersebut tidak lagi dipahami sebagai asset masa depan namun justru dianggap sebagai pendukung gengsi yang menciptakan gaya hidup boros. Sedangkan pemilik mental kaya memandang uang sebagai asset yang tidak usah dipamerkan atau dipublikasikan. Untuk itu, pengelolaannya dilakukan dengan rinci.
3. Prioritas Pengeluaran Uang
Ciri khas dari mental kaya vs mental miskin bisa diketahui dengan prioritas pengeluaran uang. Pemilik mental kaya biasanya mencari cara agar uang dapat bekerja untuknya, salah satunya yaitu dengan investasi atau menjalankan bisnis dengan optimal. Tetapi sikap mental miskin akan cenderung tergesa-gesa untuk mengeluarkan uang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan namun dirasa perlu untuk memenuhi gaya hidupnya.
4. Kepentingan Tabungan
Masih berhubungan dengan pengelolaan finansial, sikap mental kaya vs mental miskin punya cara pandang yang berbeda dalam hal tabungan. Pemilik mental kaya yang notabene selalu merencanakan pemasukan dan pengeluaran uang biasanya akan lebih giat menabung untuk kebutuhan masa depan. Di sisi lain, sikap mental miskin memandang tabungan sebagai hal yang tidak terlalu diperlukan karena merasa kondisi finansialnya selalu stabil. Pemikiran seperti ini menjadi salah satu penyebab munculnya piutang dan cicilan atas barang pembelian. Akhirnya harus memikirkan cara melunasi hutang.
5. Rencana Masa Depan
Rencana masa depan juga termasuk dalam perbedaan mental kaya vs miskin. Maksud dari poin ini adalah pengelolaan uang agar dapat mencukupi berbagai kebutuhan seseorang sampai tua nanti. Jika pemilik mental kaya cenderung mulai merencanakan masa depan sejak muda maka mental miskin lebih memprioritaskan gengsi sehingga menghabiskan nominal besar untuk pembelajaan barang supaya dapat mengimbanginya.
6. Optimisme
Punya mental optimis lebih sekadar berpikir positif, menurut professor psikologi Gabriele Oettingen. Optimism didefinisikan sebagai keyakinan dan harapan bahwa anda bisa melakukan hal-hal tertentu di masa depan. Ini artinya seseorang yang optimis punya kemampuan untuk melihat harapan meski pada masa-masa yang sulit sekalipun.
7. Kemauan Belajar
Mental kaya sebenarnya timbul karena seseorang tidak berhenti belajar dan mengembangkan diri sehingga dia akan menemui segala kemungkinan terbaik dari hal-hal yang dipelajari. Termasuk mengikuti pelatihan bisnis. Semakin banyak belajar dan mengembangkan diri akan membuat seseorang dapat melihat lebih banyak peluang agar dapat menjadi sukses. Entah itu lewat buku, seminar dan kegiatan lainnya yang memberikan pengetahuan dan wawasan baru.